Budi Daya Melon Tradisional Janjikan Keuntungan

Diposting oleh pustakabisnis

Budi Daya Melon Tradisional
Janjikan Keuntungan



October 12, 2008

DITINJAU dari segi keuntungan, membudidayakan tanaman melon cukup menjanjikan. Keuntungannya lebih besar dibanding ketika bertani komoditas tanaman pangan yang lain. Tapi risiko kegagalannya pun juga senantiasa membayang-bayangi. Karena itu, bertani melon mutlak memerlukan penguasaan teknologi budi daya hortikultura secara matang, intensif, dan cermat.

Panen raya melon di kebun melon Desa Sendangagung, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Senin (8/8), mengungkuhkan bahwa di tanah marginal pun melon dapat tumbuh berkembang secara baik, dan memberikan buah yang maksimal. Lahan melon, ternyata tak harus di areal persawahan teknis sebagaimana yang dilakukan para petani di Kabupaten Sukoharjo (Jateng) dan Ngawi (Jatim).

”Tapi, bertani melon modalnya besar dan risiko kegagalannya juga besar,” ungkap petani Suwardi yang merangkap menjadi ketua kelompok tani melon Sendangagung.

Untuk sebatang melon, diperlukan dana budi daya Rp 2.000 sampai Rp 2.300. Karena itu, untuk setiap lahan pemilikan, petani melon di daerah itu setiap musim tanam memerlukan anggaran budi daya sekitar Rp 15 juta. Modal bertani melon itu, diperoleh dari pinjaman bank BRI dan BPR-BKK.

Suwardi mengatakan, jika kelak panen dapat memberikan keuntungan Rp 6 juta-Rp 8 juta. Jadwal panen adalah setiap 60 hari.

Petani melon di kebun Sendangagung, tidak merasa kesulitan memasarkan produksinya. Sebab, mereka bisa menjalin pasar langsung dengan para pedagang di Jakarta.

Untuk sementara ini, berapa pun produksi melon yang dihasilkan semuanya terserap di pasar Ibu Kota, dengan harga rata-rata Rp 2.400/kg.

Petani melon lainnya, Katno, mengaku punya lahan melon seluas 1,5 ha yang ketika panen dapat memberikan hasil tujuh ron sampai delapan ton buah.

Untuk menghindari kegagalan tanam, Katno sengaja mendatangkan Sutino, seorang petani melon berpengalaman dari Bekonang, Kabupaten Sukoharjo.

Dengan memanfaatkan sumur pantek sedalam 36 meter, jadwal tanam melon di perkebunanya dapat digilir sepanjang musim.

Kepala Dinas Pertanian, Ir Guruh Santosa MM, menyatakan, kebun melon sebagaimana terjadi di Desa Sendangagung, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, merupakan tanah tegalan yang diolah dengan irigasi buatan dari sumur pantek.

”Itu merupakan kebun melon perdana di Wonogiri,” ujarnya.

Luas tanaman melon di kebun Sendangagung, kata Camat Giriwoyo, Edi Martono SH MM, ada delapan hektare dan dibudidayakan oleh sekitar 17 petani setempat.

”Keberhasilan kebun melon di Sendangagung itu sungguh membanggakan bagi Wonogiri. Sebab, itu merupakan kiprah nyata dalam upaya menyejahterakan rakyat dari bawah,” kata Bupati, Begug Poernomosidi.

Terlebih lagi, areal tanam melon dibudidayakan di lahan tidur. Bupati mengatakan, budi daya kebun melon akan lebih memiliki nilai ekonomi tinggi, manakala dibudidayakan secara organik, memakai pupuk kandang, dan senantiasa menghindari pemakaian pupuk dan obat kimia.

”Bila dibudidayakan secara organik, buahnya menjadi berkualitas dan punya harga jual yang tinggi,” tuturnya.(Bambang Pur-55a)

[ taken from suaramerdeka.com ]

0 komentar:

Posting Komentar